Antan patah Lesung Hilang
Hari demi hari berganti aku mulai sudah terbiasa tanpa kehadiran mama, aku menjalani hari-hari indahku bersama bapak, ketika aku sakit bapak yang mengobati aku, menyuapi aku makan, mengajak jalan-jalan dan membahagiakan aku dengan coklat-coklat kesukaanku. Hingga tiba saatnya ba'da ashar dengan langit berwarna abu-abu suasana hatikupun begitu, aku melihat dandanan bapak yang tidak seperti biasanya, bapakku terlihat sangat tampan mengenakan celana pendek berbahan jeans dan kemeja kotak-kotak disertai jaket kulit berwarna hitam, kulihat bapak sedang sibuk mengeluarkan motor favoritnya itu sambil mengemas beberapa barang kedalam tasnya. Aku langsung bertanya "bapak bade kamana? Ngiring....( bapak mau kemana? Ikuuuut)". "Bapak bade di dambel, antosannya! (Bapak mau kerja, tungguin ya!)" Ucap bapakku. Sontak aku menangis.... merengek ingin ikut, aku memeluk bapak sekencang kemampuanku pada saat itu. "Hoyong ngiring, hoyong ngiring (pengen ikut, pengen ikut)" itu kata-kata yang aku ulangi agar bapak membawaku. Tapi rengekan ku tidak berhasil, akupun tantrum aku menangis sembari menendang-nendang kaki seperti bayi, aku teriak sekencang-kencangnya agar bapak menggubris keinginanku tapi tetap tidak berhasil. Bapak malah berkata "Mak, nitip si Ade nya (mak, nitip Adek ya)", "enya, sok. (Iya tidak apa-apa)". Nenek ku sekuat mungkin menggendongku tapi aku tetap menangis dan memukul-mukul tanda aku tidak terima. Rasanya aku lelah menangis, aku tidak sadar ternyata aku tertidur.
Malam yang pekat waktunya beristirahat aku terbangun karna mendengar tangisan yang tersedu-sedu, kulihat disampingku ternyata nenekku sedang menangis, ku tanya "Emak kunaon? (Emak kenapa?)" . "Henteu ade, (enggak adek)". Aku pun masih heran apa yang terjadi pada nenekku. Waktu subuh telah tiba, kulihat tetanggaku, keluarga besar mamaku datang kerumah Nenekku sambil mengeluarkan kursi-kursi yang tertata rapi di ruang tamu, digelarkan karpet-karpet besar dan kulihat orang-orang datang silih berganti. Aku pun masih bingung ada apa, tiba-tiba Kakekku (orang tua Mama) memelukku sambil mencium pipiku dan menangis "hm, budak bageur, budak sholeh (hm, anak baik, anak sholeh)" tuturnya. Kulihat juga Nenek (orang tua Mama) menangis dan terus mengusap rambutku, aku masih heran dan tidak mengerti apa yang terjadi banyak orang yang menangis dan mengasihani aku pada saat itu. Aku berada dipangkuan kakek dan aku lihat diluar ada mobil putih panjang yang berbunyi dan mengeluarkan satu orang posisi terlentang dengan alatnya kulihat ternyata itu bapakku. Bapakku di bawa oleh beberapa orang dan digeletakkan di atas karpet ruang itu. Orang-orang mengelarkan kain putih dan terlihat sibuk pada saat itu. Aku masih tidak mengerti apa yang terjadi. Nenekku berbisik lembut di telingaku dan mengatakan "bapak tos ngantunken de. (Bapak sudah meninggal dek)". Aku juga tidak memahami apa itu meninggal, tapi kake ku berkata "Adek sareng bapak ageung nya (Adek sama abah ya)" orang-orang mulai memindahkan bapakku yang masih bercucuran darah akibat kejadian naas tadi malam keatas kain putih yang telah di gelarkan, diikatnya satu persatu dan dipindahkan ke atas tempat untuk mengangkut jasad (keranda). Nenekku menangis histeris dan aku sama sekali tidak menangis, aku masih bertanya-tanya tentang apa yang terjadi. Beberapa orang mengangkat tempat itu sembari mengucapkan "laailaha illallah" dan membawanya keluar dari rumah nenek ku. Setelah beberapa waktu nenek mengendongku dan aku melihat gundukan tanah yang bertabur bunga dan itulah makam bapakku.
Hari-hari hampa yang aku rasakan, kegelisahanku bertambah. Aku tidak lagi mendengar sambutan hangat pagi hari dari Bapak, tidak pula mama yang sudah lama tidak aku lihat, aku menangis dan merengek ingin bersama mereka tapi apalah daya harapanku tidak ada hasilnya. Aku di asuh oleh keluarga mama, aku disekolah kan disekolah dasar dan aku sedikit demi sedikit memahami apa artinya meninggal. Selain itu orang-orang sering menceritakan kepadaku bahwa bapakku meninggal ditempat akibat kecelakaan yang tragis dan aku tahu kemana selama ini mama ku. Mamaku pergi keluar negri menjadi TKW aku baru mengerti orang yang sudah meninggal tidak bisa kita lihat lagi dihadapan kita dan tidak akan pernah kembali selamanya. Aku selalu sedih ketika mengingat kata "tidak akan pernah kembali" hingga aku dewasa aku banyak belajar dan teringat ada satu doa ketika kita di timpa musibah yaitu "Allahumma'jurnii fii mushibati.. waakhliflii khoirunminhaa" (YaAllah jadikanlah musibah yang menimpaku menjadi pahala dan gantikanlah aku dengan yang lebih baik). Siapa sangka, Allah mengganti kesedihanku dengan sesuatu yang lebih besar nilainya dari apapun, Allah memberiku Bapak yang baru, mengajariku ilmu agama, menceritakan kisah-kisah nabi kepadaku, menyekolahkanku di sekolah agama hingga aku berada di sekitar orang orang baik dan sholeh. Alhamdulillah aku menjadi lebih kuat karna Allah yang kuatkan. aku bisa memahami dan menerima bahwa yang terjadi dalam hidup ini adalah takdir dan kita harus ikhlas menerimanya sebab semuanya milik Allah SWT.
Jika di gambarkan dengan warna, kelabu adalah segala kegelisahanku, hitam adalah kehilangan dan putih adalah keikhlasan.
Komentar
Posting Komentar