Puisi Bidal dan Mantra

 




KAJIAN PUISI BIDAL DAN PUISI MANTRA

Penulis: Afni Alfiani Oktora (P.2.22.0075)

Mata Kuliah: Kajian dan Sastra Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu: Lilis Ernawati, M.Pd

STAIDA MUHAMMADIYAH GARUT


1. Puisi Bidal

Puisi Bidal merupakan jenis Puisi lama dalam bentuk peribahasa dalam sastra melayu lama. Bidal terkadang berisi Nasihat, Sindiran, Peringatan yang memiliki makna yang lugas serta irama dan rima. Bidal juga tidak memiliki aturan penyusunan baris dan bait.

Contoh bidal:

Tua-tua keladi*, makin tua makin jadi

(Perilaku orang tua seperti anak kecil atau menuju dewasa)

Kajiannya:

 peribahasa ini jika dipandang dari sudut negatif memiliki arti orang tua yang tebar pesona, puber sebagaimana remaja, jika kita menjumpai bapak-bapak atau Ibu-ibu dengan dandanan yang nyentrik, berprilaku genit terkadang orang-orang menyebutnya “Tua-tua keladi, makin tua makin jadi”. Selain itu, jika peribahasa ini dipandang dari sudut positif maka bisa kita artikan “Perilaku orang tua yang semangatnya seperti anak remaja dalam hal kebaikan” semakin bertambahnya usia semakin semangat ibadah dan mencari ilmu.

*Keladi memiliki arti sejenis daun umbi-umbian yang berukuran kecil, bentuknya seperti daun talas, tidak tumbuh membesar dan biasanya menjadi tanaman hias.

2. Puisi Mantra

Puisi mantra adalah puisi yang berisi ucapan-ucapan yang dianggap mengandung kekuatan Ghaib dan biasanya diucapkan oleh seseorang atau beberapa pawang.

Contoh Mantra penawar sakit Mata:

Bismillahirrahmanirrahim

Hai Mata

Mata berlian

Allah jadi mata sejati

Cahayalah mata sekalian alam

Sakitnya tak datang lagi.

Kajiannya: 

  • Larik Pertama: “Bismillahirrahmanirrahim” (dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang) lafadz basmallah merupakan bentuk permohonan kita dengan memujinya. Sebab, kasih sayang Allah amatlah luas.
  • Larik kedua:”Hai Mata” menggunakan majaz Alegori (Kiasan) yang mengucapkan seakan-akan sedang berbicara dengan mata karena ditandai dengan kata “Hai”
  • Larik ketiga: “Mata berlian” menggunakan majaz simbolik. Mata merupakan alat indera yang paling penting dan berharga sehingga dilambangkan dengan “Berlian”.
  • Larik keempat: “Allah jadi mata sejati”  maksudnya, Allah maha Melihat dan Dia abadi selamanya.
  • Larik kelima: “Cahayalah mata sekalian alam” Allah mengetahui apa yang terjadi pada semua makhluknya tanpa terkecuali. (Allah mengetahui apa yang dirasakan makhluknya salah satunya  sakit mata)
  • Larik ke enam: “Sakitnya tak datang lagi” merupakan harapan semoga sakit matanya segera sembuh dan tidak kambuh lagi.


Komentar

Postingan Populer